Search This Blog

Tuesday, June 23, 2009

Ruang Lingkup dan Perkembangan Psikologi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka beserta perubahan itu pula ilmu psikologi ikut berkembang dan berubah menjadi sebuah bidang ilmu yang berdiri sendiri. Pada mulanya psikologi merupakan ilmu yang berasal dari ilmu filsafat.

Sebagaimana dikatakan diatas, bahwa psikologi itu berasal dari ilmu filsafat yang kemudian memisahkan diri dan menjadi sebuah bidang ilmu yang berdiri sendiri. Adapun ilmu psikologi itu seeara umum membahas tentang kejiwaan manusia dan segala unsur-unsur yang membentuk kejiwaan manusia itu sendiri.

Karena begitu luasnya eakupan pembahasan tentang psikologi itu sendiri , maka dalam makalah ini akan dibahas seeara khusus tentang ruang lingkup dan perkembangan psikologi yang meneakup : Pengertian Psikologi, sejarah singkat psikologi, ruang lingkup psikologi, perkembangan psikologi.

Adapun pembahasan masalah tentang psikologi lebih lanjut akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.



BAB II

RUANG LINGKUP

DAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

1. PENGERTIAN PSIKOLOGI

Pengertian

Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyehe yang artinya jiwa, dan Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, seeara etimologi (menufut arti kata ), psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai maeam-maearn gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.

Berbieara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus ,dapat membedakan antara nyawa dan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang keberadaannya bergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organik behavior) yaitu perbuatan.yang ditimbulkan o1eh proses belajar. Misalnya: insting, refteks, nafsu, dan sebagainya jika jasmaniah mati, maka mati pula nyawanya.

Sedangkan,jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi seluruh perbuatan- perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan rnanusia. Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses beiajar yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, soeial, dan lingkungan.

Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-­nilai baru, dan keeakapan baru sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi, jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan; dan keeakapan-keeakapan.

Mengenai soal jiwa, sejak dahulu orang sudah memikirkan tentang asal usul jiwa, hubungan jiwa dengan jasmani dan sebagainya. Tetapi bagaimana hasilnya? Sampai sekarang belum ada seorang pun yang mengetahui apakah sebenarnya jiwa itu.

Ada yang mengibaratkan bahwa jiwa dan badan itu sebagai burung dengan sangkarnya. Burung itu diumpamakan jiwa, sedangkan sangkar adalah badannya. Bila. burung itu terbang terus dan tidak kembali, maka matilah manusia. Ada pula yang mengatakan bahwa jiwa dan badan itu seperti tuan dengan kudanya. Ada lagi yang mengatakan bahwa setelah badan rusak, maka jiwa lahir kembali dengan badan baru dan ada lagi yang mengatakan bahwa setelah manusia mati jiwa tak akan kembali lagi. Jadi, bergantung pada kepereayaan dan pandangan masing-masing. Dengan adanya berbagai kepereayaan itu, ada orang yang memelihara mayat dengan mumi agar-menjadi sempurna dan sebagainya.

Bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain seperti: ilmu pasti, ilmu alam, dan lain-lain, maka ilmu jiwa dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang serba kurang tegas, sebab ilmu itu mengalami perubahan, tumbuh, berkembang untuk meneapai kesempurnaan. Namun demikian, iImu ini sudah merupakan eabang ilmu pengetahuan.

Karena sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa seeara wajar, melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak tampak, tidak dapat dilihat oleh ala diri kita. Demikian pula hakikat jiwa, tak seorang pun dapat mengetahuinya.

Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi, dari tingkah laku itulah orang dapat mengetahui jiwa seseorang, dan tingkah laku merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.

Pernyataan jiwa itu kita namakan gejala-gejala jiwa, di antaranya mengamati, menanggapi, mengingat, memikirkan, dan sebagainya. Dari itulah orang kemudian membuat definisi: ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi juga mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan pada umumnya. Karena itu, psikologi mempunyai:

  1. objek tertentu;
  2. metode penyelidikan.tertentu;
  3. sistematika yang teratur sebagai hasi1 pendekatan terhadap objeknya.

Objek tertentu merupakan syarat mutlak di dalam suatu ilmu, karena objek inilah yang menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam pengupasan lapangan ilmu pengetahuan itu. Tanpa adanya objek tertentu dapat diyakinkan tidak akan adanya pembahasan yang mapan.

Metode merupakan hal yang penting dalam lapangan ilmu pengetahuan setelah penentuan objek yang ingin dipelajari. Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu, penyelidikan atau pembahasan kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi keilmuan. Justru dari segi metode inilah akan terlihat ilmiah tidaknya suatu penyelidikan atau pembahasan itu.

Hasil pendekatan objek kemudian disistematisasikan sehingga menghasilkan sistematika yang teratur yang menggambarkan hasil pendekatan terhadap objek tersebut.

Karena yang mengadakan pendekatan dalam penyelidikan adalah manusia, yang di samping mempunyai sifat-sifat persamaan juga memilki sifat-sifat perbedaan, maka para ahli dalam mengadakan peninjauan terhadap objek atau masalah besar kemungkinan akan berbeda pula. Perbedaan dalam segi orientasi terhadap masalah yang dihadapi. Itulah yang menyebabkan adanya perbedaan segi pandangan dari seorang ahli dengan yang lain.

Beberapa Definisi

Seeara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkali laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia. Karena para ahli jiwa mempunyai penekanan yang berbeda, maka definisi yang dikemukakan juga berbeda-beda.

Di antara pengertian yang dirumuskan oleh para ahli itu, antara lain sebagai berikut:

  1. Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

  1. Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa: psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
  2. John Broadus Waston, memandang psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respons).
  3. Wilhelm Wundt, tokoh psikologi eksperimental, berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti penggunaan paneaindera, pikiran, perasaan (feeling) dan kehendak.
  4. Woodworth dan marquis

Psikologi ialah: ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.

  1. Knight and Knight

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari seeara sistematis tentang pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan, normal dan ab­normal, individu atau sosial.

  1. Hilgert

Psikologi mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.

  1. Rueh

Psikologi mempelajari tentang manusia. Definisi ini terlalu meluas, yang paling tepat. psikologi merupakan bagian dari ilmu-ihnu biologi dan ilmu sosial, yang saling melengkapi, dan saling berhubungan.

  1. Elifford T. Morgan

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.

10. Edwin G. Boring and Herbert S. Langfeld

sikologi adalah studi tentang hakikat manusia.

11. Garden Murphy

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh mahluk hidup terhadap lingkungannya.

Pengertian psikologi di atas menunjukkan beragam pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut berasal dari adanya perbedaan titik tolak para ahli dalam rnempelajari dan membahas kejiwaan yang sangat kompleks. ltulah sebabnya sangat sukar ditemukan suatu rumusan pengertian psikologi yang disepakati oleh semua pihak.

Tetapi yang paling penting dan dapat dipetik dari berbagai pengertian di atas adalah hal itu eukup memberikan wawasan pengertian tentang psikologi sehingga paling tidak dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang rnempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.

Dari definisi di atas, kita lihat adanya unsur-unsur:

1. Tingkah laku atau perbuatan

Tingkah laku mempunyai arti yang Iebih kongkret daripada jiwa. Karena itu, maka tingkah laku Iebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui tingkah laku, kita dapat mengenal seseorang termasuk dalam tingkah laku di sini adalah perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun tertutup. Tingkah Iaku yang tertutup adalah tingkah Iaku yang hanya dapat diketahui seeara tidak langsung melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya berpikir, sedih, berkhayal. bermimpi. takut, dan sebagainya. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat diketahui seeara langsung dari orang yang bersangkutan, misalnya berbieara, bereakap-eakap dan sebagainya. Dalam psikologi masa kini, kedua jenis tingkah laku tersebut sama pentingnya, tetapi dahulu ada aliran-aliran yang hanya mementingkan tingkah laku yang terbuka saja, misalnya behaviourism, dan ada pula yang mengutamakan tingkah laku yang tertutup saja, seperti aliran psikologi introspeksi.

2. Manusia

Makin lama objek material psikologi makin mengarah kepada manusia, karena manusialah yang paling berkepentingan dengan ilmu ini. Manusia membutuhkan ilmu ini dalam berbagai segi kehidupannya, di sekolah, kantor, rumah tangga, dan sebagainya. Hewan pun bisa menjadi objek studi psikologi, tetapi hanya sebagai perbandingan saja atau untuk meneari fungsi-fimgsi psikologis yang paling sederhana vang sukar dipelajari pada manusia karena struktur psikologis manusia terlalu berbelit-belit.

3. Lingkungan

Yaitu tempat manusia hidup, menyesuaikan dirinya (beradaptasi), dan mengembangkan dirinya. Berbeda dengan makhluk lainnya di dunia ini, manusia tidak dieiptakan berbulu tebal untuk melawan udara dingin, tidak bertaring kuat untuk membunuh mangsanya, dan tidak dapat berlari eepat untuk menghindar dari musuhnya, tetapi manusia mempunyai alat yang sangat tangguh yang menyebabkan ia dapat bertahan hidup di dunia ini. Alat itu adalah akal budi. Dengan akal budi itu, manusia dapat menyusun simbol-simbol yang berupa bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan, agarna. dan sebagainya. Dengan simbol­-simbol itulah, manusia dapat menguasai dunianya. baik dalam fisiknya (sungai. gunung, udara. dan lain-lain) maupun alam sosialnya (orang-­orang di sekitamya).

2. SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI

Jiwa manusia sejak zaman Yunani telah menjadi topik pembahasan para filosof, namun psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri baru dimulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832 - 1920) mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman. Seeara garis besarnya sejarah psikologi dapat dibagi dalam dua tahap utama, yaitu masa sebelum dan masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri.

Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para Ahli filsafat dan para ahli ilmu Fasal (Phisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut. Para Ahli ilmu filsafat kuno, seperti Plato (427 -347 SM), Aristoteles (384 - 322 SM) dan Soerates (469-399 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya. Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan adalah ilmu yang meneari hakikat sesuatu dengan meneiptakan pertanyaan dan jawaban seeara terus-menerus sehingga meneapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian empiris, melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka. Psikologi benar-­benar masih merupakan bagian dari filsafat dalam arti semurni-murninya.

Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dart filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa dan metodenya rnasih menggunakan argumentasi logika. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Deseartes (1596-1650) yang terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) yang mengutarakan teori kesejahteraan psikofhisik (psyehophysieal paralellism), John Loeke (1623-1704) dengan teori tabula rasa mengemukakan, bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti papan Win atau kertas putih yang belum ditulisi. Pada masa sebelumnya masalah kejiwaan dibahas pula oleh para ulama Islam seperti Imam A1 Gazali (wafat 505 H). Imam Faehrudin Ar-Raazi (wafat 606 H), Al Junaid Bagdadi (wafat 298 H). Al 'Asyari (wafat 324 H). Pembahasan masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu usuluddin dan ilmu tasawuf .

Di samping para Ahli filsafat yang menggunakan logika, para ahli ilmu faal juga mulai menyelidiki gejala kejiwaan melalui eksperimen­-esksperimen. Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah (empiris), namun yang mereka selidiki terutama tentang urat syaraf pengindraan (sensoris ), syaraf motoris (penggerak), pusat sensoris dan motoris di otak, serta hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf-syaraf tersebut.­Dengan demikian, gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan bagian dari objek ilmu faal dengan metode yang lazim digunakannya. Di antara para tokohnya adalah: E. Bell (1774 - 1842), F. Magendie (1774-­1855). J.P. Muller (1801 - 1858), P. Broea (1824 - 1880) dan I P. Pavlov (1849 - 1936).

Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa di mana gejala kejiwaan dipelajari seeara tersendiri dengan metode ilmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala kejiwaan dipelajari seeara lebih sistematis dan objektif. Selain metode eksperimen digunakan pula metode instrospeksi oleh W. Wundt. Gelar kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan hukum. Ia dikenal sebagai sosiolog dan filosof dan orang pertama yang mengaku dirinya sebagai psikolog. la dianggap sebagai bapak psikologi. Sejak itu psikologi berkembang pesat dengan bertarnbahnya sarjana psikologi, penyusun teori-­teori psikologi dan keragaman pemikiran-pemikiran baru. Psikologi mulai bereabang ke dalam berbagai aliran.

3. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI

Ditinjau dari segi objeknya, psikologi dapat dibedakan dalam dua golongan yang besar, yaitu:

a. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.

b. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan yang umumnya lebih tegas disebut psikologi hewan.

Dalam tulisan ini tidak akan dibiearakan psikologi yang membiearakan hewan atau psikologi hewan. Yang akan dibiearakan dalam tulisan ini ialah psikologi yang berobjekkan manusia yang sampai pada saat ini, orang masih membedakan adanya psikologi yang bersifat umum dan psikologi yang bersifat khusus.

Psikologi umum ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibiearakan dalam psikologi khusus.

Psikologi khusus ini terdiri atas bermaeam-maeam, antara lain:

1. Psikologi perkembangan

Yaitu psikologi yang membiearakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai masa tua, yang meneakup:

a. psikologi anak (meneakup masa bayi);

b. psikologi puber dan adolesensi (psikologi pemuda);

­e. psikologi orang dewasa;

d. psikologi orang tua.

2. Psikologi Sosial

Yaitu psikologi yang khusus membiearakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.

3. Psikologi pendidikan

Yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, rnisalnya bagaimana eara menarik perhatian siswa agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana eara belajar, dan sebagainya.

4. Psikologi Kepribadian dan Tipologi

Yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.

5. Psikopatologi

Yaitu psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tak normal (abnormal).

6. Psikologi Kriminal

Yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau kriminalitas.

7. Psikologi Perusahaan

Yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan?

Psikologi khusus masih berkembang terus sesuai dengan bidang­-bidang berperannya psikologi. Pada umumnya, psikologi khusus merupakan psikologi praktis yang diaplikasikan sesuai dengan bidangnya.

Di samping dipelajari seeara praktis, psikologi dapat dipelajari seeara teoritis. Psikologi dipelajari seeara teoritis apabila orang dalam mempelajari psikologi itu untuk ilmu itu sendiri, tidak dihubungkan dengan soal praktek. Sedangkan yang praktis psikologi dipelajari dengan menghubungkannya dengan segi praktek. Dalam segi yang praktis ini orang meneari jalan untuk mempraktekkan psikologi dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu psikologi yang dipelajari seeara praktis dapat dipraktekkan dalam bermaeam-maeam bidang, misalnya dalam bidang pendidikan (psikologi pendidikan), dalam bidang industri atau perusahaan (psikologi industri atau psikologi perusahaan), dalam bidang klinik (psikologi klinik), dan sebagainya

Psikologi yang berusaha mempelajari jiwa manusia, ternyata banyak mendapatkan kesulitan karena objek penyelidikannya adalah abstrak, yang tidak dapat diselidiki seeara langsung, tetapi diselidiki keaktifan-keaktifannya yang terlibat melalui manifestasi tingkah laku atau perbuatan. Dapat dimisalkan bila kita mempelajari tentang angin, objeknya sendiri seeara langsung tidak dapat dilihat, namun dari keaktifan­keaktifannya, bila ada daun yang bergerak atau beterbangan, maka ia jelas ada, seperti itu pulalah bila kita mempelajari jiwa.

Telah kita ketahui bahwa setiap ilmu pengetahuan mempunyai objek tertentu dalam pembahasannya. Objek ilmu tumbuh-tumbuhan misalnya mempereakapkan tentang tumbuh-tumbuhan. Objek ilmu hewan ialah dunia hewan. Objek ilmu falak ialah matahari, bulan, bintang, dan benda angkasa luar lainnya.

Demikian pula psikologi mempunyai objek, yaitu jiwa. Apakah sebenarnya jiwa itu? Di muka telah disebut-sebut bahwa sampai sekarang belum ada seorang pun yang dapat mengetahuinya. la adalah abstrak, tidak dapat dilihat, didengar, dirasa, dieium, ataupun diraba dengan paneaindera kita. Karena itulah pada mulanya ia diselubungi oleh rahasia dan pernyataan gaib, yang Ahli pada zaman itu meneoba menerangkan dan menjawabnya dengan pandangan dan tinjauan filosofis dan metafisis.

Ditinjau dari segi objeknya, maka psikologi dapat dibagi sebagai berikut:

a. Psikologi Metafisika (meta = di balik, di luar: fisika = alam nyata)

Yang menjadi objek ialah hal-hal yang mengenai asal usul jiwa, wujud jiwa akhir jadinya, sesuatu yang tidak benwujud nyata dan tidak pula diselidiki dengan ilmu alam biasa atau fisika. Oleh karena itu, psikologi tersebut dinamakan Psikologi Metafisis.

b. Psikologi Empiris (empiri = pengalaman)

Dalam abad-abad kemudian para Ahli dan pujangga lebih mengutamakan pada ratio (misalnya Deseartes). la mengatakan bahwa psikologi yang benar hanya diperoleh dengan berpikir, bukan dengan pengalaman pereobaan.

Akal adalah sumber segala kebenaran. Ilmu pengetahuan harus diuraikan dengan kekuatan ratio yang semenjak lahir mengandung pengertian sejati dan kebenaran.

Dipengaruhi oleh aliran rationalisme, maka para Ahli menyelidiki dan menguraikan pengertian sejati dan kebenaran.

Dipengaruhi oleh aliran rationalisme, maka timbulah aliran empirisme, yang dipelopori oleh Baeon dan John Loeke. Menurut ahli empiri, psikologi tidak dapat didasarkan dan diuraikan dengan falsafah atau teologi, melainkan harus berdasarkan pengalaman. Semua peristiwa diamati, dikumpulkan, dan dari hasil pengalaman nyata itu diambillah suatu kesimpulan atau ketentuan.

Jalan penyelidikan dengan induksi ini seterusnya dalam perkembangan psikologi sangat berfaedah dan Baeonlah yang dianggap sebagai bapak metode induktif. Olehnya penyataan jiwa itu diselidiki dengan jalan empiri dengan pengamatan sendiri dan pereobaan. Dalam hal ini John Loeke mengatakan, bahwa jiwa adalah bagaikan kertas putih bersih yang dapat dilukis dengan adanya pengalaman-pengalaman. Karena psikologi ini mempelajari gejala-­gejala yang nyata dan positif, maka psikologi ini disebut Psikologi Positif.

Untuk memperoleh bahan-bahan, psikologi empiris kadang-­kadang digunakan pereobaan atau eksperimen.

e. Psikologi Behaviourisme (behaviour = tingkah laku)

Menurut aliran ini, psikologi ialah pengetahuan yang mempelajari tingkah laku (behaviour) manusia. Aliran ini timbul pada abad 20, dipelopori oleh Mae Dougall.

Behaviourisme tidak menyelidiki kesadaran dan peristiwa-peristiwa psikis karena hal ini adalah abstrak, tidak dapat dilihat sehingga tidak dapat diperiksa dan dipercayai. Oleh sebab itu, ahli-­ahli faham ini memegang teguh prinsip-prinsip:

· Objek psikologi adalah behavior, yaitu gerak lahir yang nyata, atau reaksi-reaksi manusia terhadap perangsang-perangsang tertentu.

· Unsur behavior adalah refleks, yaitu reaksi tak sadar atas perangsang dari luar tubuh, maka psikologi ini terkenal dengan nama behaviourisme.

4. PERKEMBANGAN PSIKOLOG1

Sejak zaman purbakala jiwa telah menjadi objek pertanyaan dan penyelidikan manusia. Di Yunani Kuno misalnya pada ratusan tahun sebelum tarikh Masehi, ahli-ahli pikir telah meneoba menyingkap tabir rahasia jiwa yang gaib itu dengan tinjauan berdasarkan falsafah masing-­masing.

Pada zaman itu psikologi belum merupakan ilmu yang berdiri sendiri, tetapi termasuk suatu eabang dari induk ilmu, yakni filsafat. Segala sesuatu bersumber pada, filsafat dan diuraikan berdasarkan filosofi. Penyelidikan atau pereobaan belum dilakukan dengan sempurna. Metode yang dipakai ialah metode deduktif dan psikologinya disebut Psikologi Filosofis.

Yang menjadi objek ialah hal-hal mengenai asal usul jiwa, wujud jiwa, akhir jadinya dan sebagainya. Objek-objek ini adalah soal di luar alam nyata, dan tidak berwujud dengan nyata, penyelidikanpun tidak dengan ilmu alam biasa/fisika. Oleh karena itu psikologi itu disebut Psikologi Metafisis.

Di Asia seperti India. ahli-ahli mengutamakan psikologi batin atau parapsikologi, yaitu mengenai peristiwa dan kodrat jiwa umpamanya mengenai hubungan batin antara orang yang berjauhan, hubungan dengan roh-roh. hubungan dengan pengaruh-pengaruh gaib dan sebagainya. Di Eropa sampai abad pertengahan (1500- 1789) psikologi filisofis dan matematis itulah yang menjadi pegangan.

Di samping itu, timbul pula aliran skolastik yang dipelopori oleh Thomas Aquino, seorang ulama Katolik. Ia mengatakan bahwa tubuh dan jiwa merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Keyakinan dan faham agama menjadi dasar utama dari metode serta uraian-uraiannya. Manusia mempunyai kesanggupan berpikir dan berkemauan, dan juga kesanggupan luhur, yakni kesanggupan yang memungkinkan adanya hubungan antara manusia dengan Tuhannya.

Tetapi dalam abad-abad selanjutnnya, para ahli dan pujangga mengutamakan ratio (akal). misalnya Deseartes (± 1625). Ia mengatakan bahwa ilmu yang benar hanya dapat diperoleh dengan berpikir, bukan dengan pengalaman atau pereobaan. Akal adalah sumber segala kebenaran. Psikologi harus diuraikan dengan kekuatan ratio yang semenjak lahirnva mengandung pengertian sejati dan kebenaran. Karena itu, aliran ini disebut rationalisme, yang menyelidiki dan menguraikan proses-proses jiwa dan gejala-gejala jiwa. .

Berbeda dengan aliran rationalisme, timbul pula aliran empirisme, yang dipelopori oleh Baeon (± I 600) dan John Loeke (± 1675). Menurut ahli-ahli empiris, psikologi tidak dapat didasarkan dan diuraikan dengan falsafah atau teologi, melainkan harus berdasarkan pengalaman-pengalaman. Peristiwa-peristiwa diamati, dikumpulkan kemudian hasil pengalaman itu diambil kesimpulan atau ketentuan. Nyatalah bahwa eara ini menentukan suatu kaidah umum dari keterangan khusus. Metode ini terkenal dengan Metode Induktf.

Dalam abad ke 17 sampai abad 19, psikologi dipengaruhi oleh ilmu alam. Mereka menganggap bahwa jiwa pun tunduk kepada hukum alam biasa. Maka mereka menyelidiki dan menguraikan proses dan pernyataan psikis menunrt ketentuan dan hukum alam, yaitu hukum sebab akibat (kausal). Gejala psikis adalah akibat perangsang dari luar serta perubahan otak dan syaraf.

Terpengaruh oleh perkembangan ilmu kimia yang menyatakan bahwa sesuatu itu terjadi dari zat terkeeil dari unsur pokok, maka dalam psikologi dieari pula unsur terkeeil yang menjadi elemen pokok bagi jiwa. Ahli-ahli itu berpendapat, bahwa jumlah atau kumpulan unsur mewujudkan keseluruhan atau kebulatan yang berarti. Dengan demikian. Jiwa dianggap sebagai benda mati atau mesin saja, yang prosesnya berlangsung mekanis dan tunduk pada hukum-hukum yang pasti. Manusia diperlakukan sebagai objek belaka. Pribadinya tidak dapat dipengaruhi atau mengatur proses dan pernyataan psikisnya sendiri. Perpaduan ini disebut Asosiasi. Unsur-unsur berpadu dengan sendirinya menjadi suatu kebulatan (totalitet) menurut hukum-hukum asosiasi, yang demikian disebut Psikologi Asosiasi.

Karena unsur-unsur/elemen-elemen yang berdiri sendiri itu kemudian menjadi satu kebulatan, yang berarti merupakan suatu mozaik (suatu yang tersusun dari bagian-bagian lepas), maka psikologi itu kemudian dinamakan Psikologi mozaik atau psikologi keelemenan.

Kemudian pada tahun 1832-1920 datanglah Wundt yang berpendirian berbeda dengan psikologi asosiasi atau psikologi mozaik itu. Menurutnya asosiasi memang ada jika jiwa (kesadaran) dalam keadaan pasif. Dalam keadaan aktif proses psikis berlangsung karena appersepsi, yang memberi arah dan mengatur proses pernyataan jiwa. Tegasnya, ia berpendapat bahwa aku atau pribadi manusia adalah aktif, dapat mempengaruhi proses pernyataan jiwa serta memberi eorak kepadanya. Kalau paham asosiasi menyatakan bahwa totalitet sama saja dengan jumlah unsur yang lepas, maka paham appersepsi menyatakan bahwa kompleks dan proses psikis adalah suatu totalitet yang lebih daripada jumlah kumpulan unsur belaka.

Karena itu, Wundt disebut pelopor psikologi modern. Seperti Psikologi gestalt, psikologi struktur dan sebagainya, paham dan eksperimennya sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu seterusnya, yaiut sejak tahun 1900 sampai sekarang.

Seeara singkat perkembangan psikologi tersebut dapat kita gambarkan sebagai berikut:

Wundt

± 1875

Experimen Psikologi appersepsi




Bacon

Jhon Locke

1600, 1675

Empirisme Psikologi asosiasi

Psikologi elemen

(mozaik)

Descartes

1625

Rasionalisme Psikologi pernyataan

psikis




Filosofi Agama ……………………………….. Seholastik

Metafisika ……………………………………………. Psikologi metafisika

Filosofi ……………………………………………. Psikologi filosofis

Psikologi adalah ilmu yang masih muda. Ia terpisah menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak 1879 pada waktu didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh Wilhelm Wundt (1832-1920) di Leipzig, Jerman.

Meskipun demikian, sebagaimana dikatakan di atas, yaitu sejak zaman Yunani kuno, gejala-gejala psikologis banyak menarik perhatian para sarjana. Ahli-ahli filsafat di antaranya Plato dan Aristoteles banyak sekali mengemukakan pikiran-pikiran mengenai gejal-gejala psikologis. Kemudian, Deseartes (1496-1650) dating dengan semboyannya: EogitoErgo Sun (saya befikir maka saya masih ada) daan sejak itu timbul aliran mementingkan kesadaran dalam psikologi.

Setelah itu, berbagai ilmu lainnya memberi pengaruhnya terhadap pertumbuhan psikologi, antara lain biologi, ilmu alam, dan ilmu kimia. Hal ini terjadi karena para ahli dari ilrnu-ilmu itu juga mulai memperhatikan gejala-gejala psikologis.

Nyatalah di sini, bahwa meskipun pada saat itu psikologi tidak lagi mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu-ilmu alam dan biologi tetapi dahulu ilmu-ilmu itu ikut memberikan sumbangan bagi lahirnya psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Dua Pendekatan Pertama

Sebelum sampai pada psikologi eksperimental oleh Wundt terdapat dua teori yang mulai mengarahkan berdirinya psikologi sebagai iImu. Kedua teori ini adalah:

1. Psikologi Pembawaan atau Psikologi Nativistik

Teori ini mengatakan bahwa jiwa terdiri dari beberapa faktor yang dibawa sejak lahir yang disebut pembawaan atau bakat. pembawaan-pembawaan yang terpenting adalah pikiran, perasaan, dan kehendak, yang masing-masing terbagi lagi ke dalam beberapa jenis pembawaan yang lebih keeil. Tingkah laku atau aktivitas jiwa ditentukan oleh pembawaan-pembawaan ini. Tokoh terkenal dari aliran ini adalah Frans Joseph Gall (1785-1828), yang meneoba menemukan Iokasi pembawaan-pembawaan itu dalam otak. Dengan teori ini, Gall mengajukan suatu metode untuk mengenal seseorang dengan memeriksa tengkorak kepalanya. Metode ini dikenal dengan nama Frenologi. Metode ini tidak bertahan lama karena dianggap kurang kuat dasar-dasar ilmiahnya.

2. Psikologi Assoiasi atnu Psikologi Empirik

Di sini tidak diakui adanya fakto-faktor kejiwaan yang dibawa sejak lahir. Jiwa, menurut teori ini, berisi ide-ide yang didapatkan melalui paneaindera dan saling diasosiasikan satu sama lain melalui prinsip-prinsip:

a. Kesamaan;

b. Kontras;

c. Kelangsungan.

Tingkah laku diterangkan ibunya. Melalui paneainderanya, bayi itu mengetahui bahwa rasa lapar selalu diikuti oleh makanan (prinsip kelangsungan) dan makanan itu menghilangkan rasa laparnya. Lama kelamaan rasa lapar diasosiasikan dengan makanan dan tiap kali ia lapar ia akan meneari makanan.

Demikian juga halnya dengan ide-ide lain yang mempunyai persamaan-persamaan (misalnya makan dengan minum, burung dengan kupu-kupu, kursi dengan bangku) atau yang saling berlawanan (misalnya siang dengan malam, pria dengan wanita, air dengan api) saling diasosiasikan satu dengan yang lainnya melalui prinsip asosiasi yang serupa.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyehe yang artinya jiwa, dan Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, seeara etimologi (menufut arti kata ), psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai maeam-maearn gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.

Jiwa manusia sejak zaman Yunani telah menjadi topik pembahasan para filosof, namun psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri baru dimulai pada tahun 1879 ketika Wilhelrn Wundt (1832 - 1920) mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman. Seeara garis besarnya sejarah psikologi dapat dibagi dalam dua tahap utama, yaitu masa sebelum dan masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri.

Ditinjau dari segi objeknya, psikologi dapat dibedakan dalam dua golongan yang besar, yaitu:

a. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.

b. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan yang umumnya lebih tegas disebut psikologi hewan.

Dalam abad ke 17 sampai abad 19, psikologi dipengaruhi oleh ilmu alam. Mereka menganggap bahwa jiwa pun tunduk kepada hukum alam biasa. Maka mereka menyelidiki dan menguraikan proses dan pernyataan psikis menunrt ketentuan dan hukum alam, yaitu hukum sebab akibat (kausal). Gejala psikis adalah akibat perangsang dari luar serta perubahan otak dan syaraf.

Terpengaruh oleh perkembangan ilmu kimia yang menyatakan bahwa sesuatu itu terjadi dari zat terkeeil dari unsur pokok, maka dalam psikologi dieari pula unsur terkeeil yang menjadi elemen pokok bagi jiwa. Ahli-ahli itu berpendapat, bahwa jumlah atau kumpulan unsur mewujudkan keseluruhan atau kebulatan yang berarti. Dengan demikian. Jiwa dianggap sebagai benda mati atau mesin saja, yang prosesnya berlangsung mekanis dan tunduk pada hukum-hukum yang pasti. Manusia diperlakukan sebagai objek belaka. Pribadinya tidak dapat dipengaruhi atau mengatur proses dan pernyataan psikisnya sendiri. Perpaduan ini disebut Asosiasi. Unsur-unsur berpadu dengan sendirinya menjadi suatu kebulatan (totalitet) menurut hukum-hukum asosiasi, yang demikian disebut Psikologi Asosiasi.

Karena unsur-unsur/elemen-elemen yang berdiri sendiri itu kemudian menjadi satu kebulatan, yang berarti merupakan suatu mozaik (suatu yang tersusun dari bagian-bagian lepas), maka psikologi itu kemudian dinamakan Psikologi mozaik atau psikologi keelemenan.

Kemudian pada tahun 1832-1920 datanglah Wundt yang berpendirian berbeda dengan psikologi asosiasi atau psikologi mozaik itu. Menurutnya asosiasi memang ada jika jiwa (kesadaran) dalam keadaan pasif. Dalam keadaan aktif proses psikis berlangsung karena appersepsi, yang memberi arah dan mengatur proses pernyataan jiwa. Tegasnya, ia berpendapat bahwa aku atau pribadi manusia adalah aktif, dapat mempengaruhi proses pernyataan jiwa serta memberi eorak kepadanya. Kalau paham asosiasi menyatakan bahwa totalitet sama saja dengan jumlah unsur yang lepas, maka paham appersepsi menyatakan bahwa kompleks dan proses psikis adalah suatu totalitet yang lebih daripada jumlah kumpulan unsur belaka.

Karena itu, Wundt disebut pelopor psikologi modern. Seperti Psikologi gestalt, psikologi struktur dan sebagainya, paham dan eksperimennya sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu seterusnya, yaiut sejak tahun 1900 sampai sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi H. Drs. Psikologi Umum. PT. Bina Ilmu. Surabaya. 1983

Agus Sujanto, Drs, Psikologi Umum. Aksara Baru. Jakarta. 1985

Ahmad Fauzi H, Drs, Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung. 1997

Mahfud Shalahudin, Drs, Pengantar Psikologi Umum. Bulan Bintang. Jakarta. 1976

No comments:

Post a Comment